Ulat dan Kupu-kupu

Jika kita disuguhi dengan pertanyaan pilih mana antara kupu-kupu dan ulat? Pasti kita lebih memilih kupu-kupu. Mengapa? Kupu-kupu merupakan mahkluk yang indah, sedangkan ulat? Mungkin kita akan mengatakan itu makhluk yang menjijikan. Memang kupu-kupu adalah hewan yang sering kita identikan dengan keindahan. Hampir dari anak kecil hingga orang tua pasti tahu hal itu. Kupu-kupu memang indah. Dari cara terbangnya, warna-warna di setiap sayapnya membuat kita selalu ingin memandangnya. Saking indahnya kita pun lupa jika kupu-kupu terlahir dari seekor ulat yang mungkin menjijikan bagi kita.

Aneh memang, mahkluk yang menjijikan bisa berubah menjadi mahkluk yang begitu indahnya. Tapi itulah kekuasaan Allah. Allah menciptakan segala sesuatu di dunia pasti ada maksudnya. Begitu pula dengan terciptanya mahkluk bernama ulat dan kupu-kupu ini. Dibalik terciptanya ulat dan kupu-kupu pasti ada maksud yang ingin disampaikan alam kepada kita. Apa itu? Marilah kita bahas.

Sebenarnya kehidupan sang ulat sama seperti kehidupan kita. Kita diibaratkan sebagai ulat yang menjijikan. Bagaimana tidak? Bukankah kita punya banyak kesalahan? Kita juga memiliki sifat yang sama seperti ulat. Rakus, malas dan masih banyak lagi. Setiap orang pasti memiliki masa lalu yang kelam. Sama seperti ulat. Tapi mengapa ulat bisa menjadi mahkluk indah bernama kupu-kupu? Mengapa? Karena ulat mempunyai usaha untuk berubah. Ketika ulat menjadi kepompong, itulah proses dimana ulat instropeksi diri untuk terus belajar demi memperbaiki dirinya. Ulat rela menjadi kepompong demi pencapaian agar ia bisa menjadi mahkluk allah yang lebih bermanfaat.

Sama seperti yang Wiramuda sedang lakukan sekarang. Tak perduli kami dari keluarga tak mampu pun, yang jelas sekarang ini kami sedang menjalani proses layaknya ulat yang sedang menjadi kepompong. Banyak pembelajaran yang masih harus kami pelajari. Kami ingin belajar dari ulat yang dengan usaha kerasnya bisa mengubah hidupnya menjadi kupu-kupu yang hidupnya lebih dibutuhkan dari pada menjadi ulat. Kira-kira seperti itulah impian kami. Dari kami yang terlahir dari seekor ulat dengan proses belajar yang intens seperti kepompong kelak bisa menjadi kupu-kupu yang hidupnya akan lebih bermanfaat.

Untuk itu, bagi kita yang merasa hidupnya seperti ulat yang memiliki masa lalu yang kelam, janganlah berkecil hati. Karena itu hanya akan membuat kita selamanya tetap menjadi seekor ulat. Kita harus bangkit dan berjuang. Percayalah kita pasti mampu menjadi kupu-kupu jika kita terlebih dahulu mau menjadi kepompong. Jika ada kemauan pasti ada jalan.