Sang Penulis Cilik

Serial Lala





Malam ini Lala terpaksa harus belajar sendiri. Biasanya bunda selalu menemani Lala belajar. Tapi untuk hari ini sepertinya bunda sibuk dengan cerita karangannya. Bunda memang senang menulis. Tapi entah karangan apa yang bunda tulis. Kata ayah cerita karangan bunda bagus-bagus dan lucu-lucu. Tapi sayang, bunda hanya menyimpan cerita karangannya di dalam komputer. Ayah sudah sering mengingatkan bunda untuk mengirimkan cerita-cerita karangan bunda pada majalah anak. Tapi Bunda hanya membalas dengan senyuman.
Lala pernah bertanya pada tante Putri, adik Bunda. Kata tante putri, selain menjadi sekretaris, untuk sampingan, bunda juga menjadi penulis cerita di sebuah majalah anak-anak. Pada saat itu banyak yang suka cerita bunda. Tapi semenjak Lala lahir, Bunda lebih memilih fokus terhadap Lala. Dulu Lala sering sakit-sakitan, jadinya bunda lebih memilih untuk menjaga Lala. Ah, tiba-tiba ada rasa haru dalam hati Lala. Betapa bersyukurnya Lala memiliki orang tua yang begitu sayang padanya.
Lala telah selesai mengerjakan tugas dari Bu Rina. Bahasa Indonesia. Ya Lala juga menyukai pelajaran menulis, Lala akan terlihat bersemangat jika ia mendapat tugas mengarang. Rupanya Lala juga menyimpan bakat seperti Bunda. Suka menulis. Ya namanya juga anaknya. Buah pasti jatuh tak jauh dari pohonnya. Iya kan?
Lala kemudian mendekati bunda yang sedang sibuk menulis. Kali ini Lala terlihat penasaran.
“Bunda…” Panggil Lala lirih.
“Iya sayang..” sahut bunda yang kemudian menghentikan aktifitas mengetiknya. Suara bunda yang lembut begitu terasa hangat di telingga Lala. Membuat Lala semakin sayang pada Bunda. Tiba-tiba Lala memeluk bunda. Bunda yang dipeluk pun membalas pelukan anak tersayangnya itu.
“Ada apa sayang?” Tanya bunda. Lala menggeleng.
“Lala Cuma kangen Bunda…?” Sahut Lala manja.
“Lho kenapa?” Tanya bunda lagi.
“Biasanya bunda kan selalu menemani Lala belajar dan mengajari Lala mengarang cerita.” Seru Lala. Bunda kembali tersenyum.
“Lho Lala kan sudah pandai mengarang cerita sendiri sayang.” Seru Bunda.
“Coba sini bunda lihat karangan Lala.” Seru bunda. Lala pun segera menyerahkan hasil menulisnya. Bunda pun membacanya dengan seksama.
“Bagus sayang, Lala pandai sekali..” Seru bunda bangga. Dari sofa ruang keluarga terlihat ayah yang ikut tersenyum.
“Ternyata anak ayah berbakat menulis juga seperti bunda. Wah bisa-bisa nanti toko buku ayah hanya menjual buku-buku dari bunda dan Lala lagi.” Seru Ayah mulai bercanda yang kemudian memecahkan tawa keluarga kecil itu.
Lala senang sekali, barusan Bu Rina mengumumkan nilai terbaik untuk pelajaran mengarang. Dan yang dapat nilai terbaik adalah Lala. Ia bukan hanya senang karena mendapatkan nilai bagus. Tapi ia juga senang, sebab ia memiliki bakat yang sama dengan bunda. Lala ingin seperti bunda, ingin berbagi dengan cerita-cerita yang menarik kepada semua orang.
Tak terasa hari minggu tiba. Sesudah sarapan pagi, seperti biasa Lala selalu membantu bunda mencuci piring. Kemarin sabtu Ayah pulang agak malam. Jadi berkunjung ke rumah nenek diganti hari ini. Hari ini Lala bersemangat ingin cepat-cepat kerumah nenek. Rasanya tak sabar untuk mendengar cerita-cerita nenek.
“Pasti seru” Pekiknya dalam hati.
Ayah, bunda dan Lala pun telah siap untuk berkunjung ke rumah nenek. Tiba-tiba ada sebuah mobil pic up hitam berhenti di depan rumah Lala. Seorang laki-laki sebaya dengan umur ayah mendatangi rumah Lala.
“Selamat siang, benar ini rumah adik Aila Ariza Darmanegara?” Tanya laki-laki itu.
“Iya benar. Ini anak saya.” Sahut ayah. Laki-laki itu pun kemudian tersenyum.
“Selamat adik memenangkan lomba mengarang cerita anak kategori SD yang diselenggarakan majalah Dodo 3 bulan kemarin. Tepatnya bulan april. Dan adik terpilih sebagai kategori cerita faforit 1. Sebagai hadiahnya, sepeda biru itu akan jadi milik adik.” Seru Laki-laki itu seraya menunjuk sepeda yang masih terpampang cantik di belakang mobil pic up. Terlihat ada salah satu temannya yang menurunkan sepeda biru itu.
“Adik tinggal tanda tangan di sini sebagai tanda telah diterimanya sepeda ini ke tangan adik.” Sahut Laki-laki itu lagi.
Lala Nampak bingung. Ia merasa tidak pernah mengikuti lomba tersebut. Sebaliknya dengan ayah. Ayah terlihat senang dan bangga terhadap putri semata wayangnya itu.
“Ayah, Lala tidak pernah mengikuti lomba di majalah Dodo.” Sahut Lala. Ayah tersentak kaget.
“Lalu sepeda ini, nama ini kan benar nama Lala. Alamatnya juga sama.” Sahut ayah masih bingung. Lalu keduanya melihat kearah bunda. Tampak senyum bunda mengembang di sana.
“Iya, bunda yang telah mengrim hasil karangan Lala ke majalah Dodo. Habis ceritanya bagus. Bunda jadi gemas. Kebetulan ada lomba mengarang anak-anak, ya bunda ikutkan saja tulisan Lala. Dan benar kan dugaan bunda. Anak bunda pasti menang.” Aku bunda yang sedari tadi hanya senyam senyum.
“Bunda…..” Seru Lala antara gemas dan manja. Ayahpun ikut tersenyum lega. Kemudian diterimanya hadiah dari hasil tulisannya tersebut dengan perasaan bangga.
Bukan sepeda yang membuatnya bangga. Tapi tulisannya lah yang telah membuatnya bangga. Ia telah membuktikan bahwa kelak ia juga bisa seperti bunda tersayangnya.
Mobil pic up tadi pun meluncur meninggalkan rumah Lala masih dengan dua sepeda yang terpampang disana. Lala tersenyum.
“Itu pasti untuk juara faforit yang lainnya. Selamat ya?” Sahut Lala dalam hati
“Wah anak ayah sekarang jadi penulis cilik.” Seru ayah bangga. Bunda tersenyum dengan penuh kasih. Hari ini akan ada cerita untuk nenek.
“Nenek pasti senang..” Serunya dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar